Home » » Wacana Perubahan Standar Waktu Dunia

Wacana Perubahan Standar Waktu Dunia

Lipi-Livejurnal69-Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa standar waktu dunia selama ini berpatokan pada Greenwich Mean Time (GMT). Bahkan, lebih dari satu abad lamanya, titik di atas bukit di sebelah tenggara London itu diakui sebagai titik awal resmi setiap hari baru.
Meski demikian, Pemerintah Arab Saudi kini sedang mewujudkan proyek ambisius guna mengganti GMT menjadi MMT (Mekkah Mean Time) sebagai pusat waktu dunia. Wacana perpindahan standar waktu dunia sebenarnya sudah dipedebatkan semenjak 2008. Sejumlah ilmuwan menganggap Mekkah adalah “pusat bumi”.
Salah satunya diungkapkan Ilmuwan Mesir, Hosien Kamal El Din Ibrahim, yang menggodok peta batu dunia dan menunjuk posisi Mekkah yang berada di tengah Bumi sebagai daerah tanpa kekuatan magnetik atau “zona nol magnet”.
Namun, ilmuwan Barat menentang pernyataan tersebut dengan mengatakan kutub magnet utara pada kenyataannya berada di garis bujur yang melewati Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, dan Antartika.
Perkara memindahkan pusat waktu dunia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan kesepakatan dunia internasional untuk melakukan perpindahan waktu dengan cakupan global, dan diperkirakan menyedot biaya cukup besar itu.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi LIPI, Mego Pinandito, mengatakan wacana pemindahan titik standar waktu dari GMT ke MMT kemungkinan hanya menggeser waktu di Indonesia.
“Kalau hanya perpindahan waktu yang dipindah dari Greenwich ke Mekkah kemungkinan hanya menggeser waktu di Indonesia saja. Yang tadinya +7 jam GMT untuk WIB, berubah jadi +4 jam MMT. Penetapan MMT ini juga belum jelas konsepnya.
Apakah yang diganti hanya patokan waktu atau garis bujur ditarik menjadi nol derajat berada di kota Mekkah,” paparnya. Ia juga mengungkap perubahan waktu ini akan berdampak besar pada aktivitas masyarakat seharihari.
Sebut saja kegiatan telekomunikasi, perekonomian, hingga penerbangan internasional. “Kita lihat dulu konsepnya seperti apa. Kalau sampai menarik bujur nol derajat, tentu posisi astronomis negara berubah semua.
Peta tentu berubah,” ujarnya. Perubahan waktu dunia yang sudah ratusan tahun lamanya ditetapkan di Greenwich, bisa memengaruhi segala aspek kehidupan. Tentunya, ketetapan MMT oleh pemerintahan Arab Saudi ini harus didukung dunia internasional, tidak bisa bersifat parsial atau hanya disetujui sebagian negara.
“Semua negara harus sepakat, seperti penetapan GMT. Dengan begitu barulah konsep ini bisa jalan,” ungkap Mego.
Demi mendukung dan mewujudkan perpindahan waktu dunia dari Greenwich ke Mekkah, Pemerintah Arab Saudi membangun sebuah jam raksasa Mekkah Royal Clock Tower di pusat kota, tepatnya di jantung kompleks luas yang didanai pemerintah di atas di puncak Menara Abraj-Al Bait.
Menara ini bahkan lima kali lebih besar dari menara jam Big Ben di Inggris. Diperkirakan jam yang mengunakan patokan waktu Arabian Standard Time (Standar Waktu Arabia), yaitu tiga jam lebih dulu jika dibandingkan dengan GMT (GMT+3) itu akan menjadi acuan waktu bagi sekitar 1,5 miliar warga muslim dunia dengan menyesuaikan jam tangan mereka.
Bahkan, jam itu sudah mulai ber detak semenjak Kamis (12/8) lalu, saat umat Islam mengawali puasa selama Ramadan 2010. Penampilan menara jam itu sangat mirip dengan dua Menara St Stephen (St Stephen’s Tower), yang merupakan tempat untuk lonceng Big Ben dan Empire State Building.
Menara jam Saudi itu memang bertujuan untuk mengalahkan saingannya di Inggris tersebut dalam berbagai segi. Sebagai perbandingan, jam Big Ben hanya berdiameter 23 kaki dan tinggi menaranya hanya 316 kaki.
Tampilan jam dengan empat sisi tersebut berdiameter 151 kaki dan diterangi dua juta lampu LED serta dilengkapi tulisan berhuruf Arab ukuran besar yang berbunyi “Dengan Nama Allah”.
Di pucuk jam tersebut ditambahkan ornamen bu lan sabit untuk melambangkan kebesaran Islam. Total tinggi bangunan tersebut hampir 2000 kaki, yang menjadikannya sebagai bangunan tertinggi kedua di dunia setelah menara Burj Khalifa di Dubai.
Tidak hanya sebagai penunjuk waktu, warga Mekkah juga akan diingatkan bahwa sudah waktunya untuk berdoa dengan adanya tanda berupa kedipan lampu berwarna hijau dan putih sebanyak 21 ribu kali, yang menyala lima kali dalam sehari dan terlihat dari jarak jauh sekalipun.
Menjadi Rebutan
Ternyata ”perebutan” pusat waktu dunia bukan terjadi kali ini saja. Sejak abad ke-19, sejumlah negara sudah saling berebut untuk menjadi meridian utama. Arab Saudi adalah negara kesekian yang menginginkan negaranya sebagai pusat waktu dunia.
Negara besar seperti Prancis, Amerika Serikat, dan beberapa wilayah lain yang dilalui garis meri dian sempat membuat klaim tersendiri sebagai titik nol derajat.
Meski demikian, melalui konvensi meridian internasional yang digelar di Washington DC, AS, pada 1884, diputuskan bahwa Green wich sebagai wilayah tunggal meridian utama.
Dalam konferensi yang dihadiri oleh 41 delegasi dari 25 negara tersebut, diputuskan tujuh poin tentang penentuan pusat waktu dunia. Seluruh negara patuh pada hasil konvensi, kecuali Prancis yang ngotot menggunakan Paris Meridian Time (PMT) sebagai acuan waktu.
Baru pada tahun 1911, negeri mode tersebut ikut menggunakan GMT. Kini, setelah 126 tahun berselang dan masyarakat internasional telah menerima bahwa awal setiap hari harus diukur dari meridian utama yang mewakili bujur 0 derajat melalui observatorium Greenwich, Arab Saudi menantang waktu GMT melalui menara jam Abraj Al-Bait di Mekkah.
Bahkan, dengan resminya jam tersebut di Mekkah semakin mengukuhkan keinginan mereka dan berharap negaranya bisa menjadi pusat waktu dunia yang otomatis akan menggeser penanggalan hari di berbagai belahan Bumi. “Ini akan jadi masalah baru.
Belum tentu seluruh negara di dunia mau menerima. Dulu saja perdebatannya panjang baru berakhir tahun 1884,” ungkap Moedji Raharto, astronom dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Mungkin saja GMT bergeser ke Mekkah karena alasan tertentu, namun dibutuhkan usaha yang luar biasa, dan tenaga tidak sedikit untuk meyakinkan dunia bahwa Mekkah adalah meridian utama.
“Apalagi sekarang orang sudah memakai GMT semua. Semua kepentingan internasional seperti bisnis, penerbangan, dan segala hal sudah mengacu ke sana. Jadi harus jelas dulu waktu Mekkah ini konsepnya mau bagaimana,
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Sahabat yang budiman jangan lupa Setelah membaca untuk memberikan komentar.Jika Sobat Suka Akan Artikelnya Mohon Like Google +1 nya.
Komentar yang berbau sara,fornografi,menghina salah satu kelompok,suku dan agama serta yang bersifat SPAM dan LINK karena akan kami hapus.Terima Kasih Atas Pengertiannya

 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2012. Jurnal Secience - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Creative Commons License
Proudly powered by Blogger