BPPT(Jurnalsecience) - Jembatan Kutai Kartanegara yang runtuh pada sabtu sore (26/11) diduga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa akibat tenggelam di dasar sungai Mahakam. Keruhnya sungai dan derasnya arus air menyebabkan sulitnya proses evakuasi korban oleh tim SAR. Kesulitan dan tanda tanya bagaimana kondisi di dasar Sungai Mahakam terjawab sudah. Tim BPPT yang melakukan audit teknologi terkait runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara menuai hasil maksimal.
Saat ditemui Kamis pagi (01/12), Ketua Tim Investigasi Bawah Air BPPT, Wahyu Pandoe mengatakan bahwa berkoordinasi dengan Badan Nasioanl Penanggulan Bencana(BNPB), Tim BPPT dalam hal ini Balai Teknologi Survey Kelautan (Teksurla) telah melakukan investigasi dan identifikasi existing condition jembatan yang patah. “Kami juga mengidentifikasi objek-objek dibawah air sungai Mahakam dengan menggunakan peralatan side scan sonar, multibeam echosounder serta alat pedukung lainnya seperti alat pengukur arus dan GPS resolusi tinggi,” jelasnya.
“Dari penelusuran dengan menggunakan peralatan side scan sonar, tim berhasil menemukan tujuh titik objek yang teridentifikasi dan sudah dipastikan oleh tim penyelam. Empat titik tersebut merupakan kendaraan mobil, dan salah satunya adalah bus. Kemudian dengan menggunakan alat multibeam echosounder, tim berhasil mengidentifikasi adanya patahan badan jembatan sekitar 65-70 meter dari pilar timur. Patahan tersebut semua tenggelam di bawah air. Temuan tersebut tentunya perlu diinvestigasi lebih lanjut oleh tim ahli mengenai struktur dalam hal ini oleh tim dari Balai Besar Kekuatan Struktur (B2TKS) BPPT,” jelasnya.
Selain itu masih menurut Wahyu, dari hasil survey tim telah berhasil mengidentifikasi dan memetakan hampir sepanjang badan jembatan dibawah air. “Tentunya seluruh data-data yang diperoleh dari tim investigasi teknis runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara ini dapat dijadikan acuan pihak-pihak terkait khusunya Tim Audit Teknologi untuk mempelajari penyebab gagalnya teknologi jembatan Kutai Kartanegara,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Sub Operasi Tim SAR, Abraham Benyamin Kolimon membenarkan hasil temuan tujuh titik dari tim audit teknologi BPPT. Kemudian tim penyelam menemukan dan memastikan tiga titik dipastikan kendaraann mobil dan satu titk adalah bus. “Kami pihak tim SAR yang bertugas mengevakuasi sangat terbantu dengan adanya teknologi yang dimiliki BPPT,” tambahnya.
Kekuatan Struktur Jembatan
Koordinator Tim Audit Teknis Investigasi BPPT pada bencana runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara, Sudarmadi, mengatakan bahwa tim telah mengkaji kekuatan struktur jembatan dengan melakukan pengumpulan data untuk keperluan analisis penyebab keruntuhan jembatan. “Tahap pertama dilakukan pendataan tipe kerusakan pada struktur jembatan, pengukuran dimensi komponen-komponen struktur jembatan, pemeriksaan material jembatan, dan penentuan sampel untuk pengujian laboratorium. Selain itu juga dikumpulkan data hasil pemetaan bawah permukaan air untuk mendeteksi objek bekas reruntuhan jembatan yang nantinya akan dikaji lebih lanjut,” urainya.
"Terkait dugaan penyebab runtuhnya jembatan, sementara ini difokuskan pada pin clamping cable yang merupakan komponen kritis dari susunan hanger. Hal ini dapat diduga karena ada reduksi penampang pendukung yang berbeda materialnya. Pembuktian daerah kritis perlu disimulasikan (analisis) lebih lanjut di laboratorium", ungkap Sudarmadi lebih lanjut. (JSYRA/humas/sumber;BPPT)
Saat ditemui Kamis pagi (01/12), Ketua Tim Investigasi Bawah Air BPPT, Wahyu Pandoe mengatakan bahwa berkoordinasi dengan Badan Nasioanl Penanggulan Bencana(BNPB), Tim BPPT dalam hal ini Balai Teknologi Survey Kelautan (Teksurla) telah melakukan investigasi dan identifikasi existing condition jembatan yang patah. “Kami juga mengidentifikasi objek-objek dibawah air sungai Mahakam dengan menggunakan peralatan side scan sonar, multibeam echosounder serta alat pedukung lainnya seperti alat pengukur arus dan GPS resolusi tinggi,” jelasnya.
“Dari penelusuran dengan menggunakan peralatan side scan sonar, tim berhasil menemukan tujuh titik objek yang teridentifikasi dan sudah dipastikan oleh tim penyelam. Empat titik tersebut merupakan kendaraan mobil, dan salah satunya adalah bus. Kemudian dengan menggunakan alat multibeam echosounder, tim berhasil mengidentifikasi adanya patahan badan jembatan sekitar 65-70 meter dari pilar timur. Patahan tersebut semua tenggelam di bawah air. Temuan tersebut tentunya perlu diinvestigasi lebih lanjut oleh tim ahli mengenai struktur dalam hal ini oleh tim dari Balai Besar Kekuatan Struktur (B2TKS) BPPT,” jelasnya.
Selain itu masih menurut Wahyu, dari hasil survey tim telah berhasil mengidentifikasi dan memetakan hampir sepanjang badan jembatan dibawah air. “Tentunya seluruh data-data yang diperoleh dari tim investigasi teknis runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara ini dapat dijadikan acuan pihak-pihak terkait khusunya Tim Audit Teknologi untuk mempelajari penyebab gagalnya teknologi jembatan Kutai Kartanegara,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Sub Operasi Tim SAR, Abraham Benyamin Kolimon membenarkan hasil temuan tujuh titik dari tim audit teknologi BPPT. Kemudian tim penyelam menemukan dan memastikan tiga titik dipastikan kendaraann mobil dan satu titk adalah bus. “Kami pihak tim SAR yang bertugas mengevakuasi sangat terbantu dengan adanya teknologi yang dimiliki BPPT,” tambahnya.
Kekuatan Struktur Jembatan
Koordinator Tim Audit Teknis Investigasi BPPT pada bencana runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara, Sudarmadi, mengatakan bahwa tim telah mengkaji kekuatan struktur jembatan dengan melakukan pengumpulan data untuk keperluan analisis penyebab keruntuhan jembatan. “Tahap pertama dilakukan pendataan tipe kerusakan pada struktur jembatan, pengukuran dimensi komponen-komponen struktur jembatan, pemeriksaan material jembatan, dan penentuan sampel untuk pengujian laboratorium. Selain itu juga dikumpulkan data hasil pemetaan bawah permukaan air untuk mendeteksi objek bekas reruntuhan jembatan yang nantinya akan dikaji lebih lanjut,” urainya.
"Terkait dugaan penyebab runtuhnya jembatan, sementara ini difokuskan pada pin clamping cable yang merupakan komponen kritis dari susunan hanger. Hal ini dapat diduga karena ada reduksi penampang pendukung yang berbeda materialnya. Pembuktian daerah kritis perlu disimulasikan (analisis) lebih lanjut di laboratorium", ungkap Sudarmadi lebih lanjut. (JSYRA/humas/sumber;BPPT)
0 komentar:
Posting Komentar
Sahabat yang budiman jangan lupa Setelah membaca untuk memberikan komentar.Jika Sobat Suka Akan Artikelnya Mohon Like Google +1 nya.
Komentar yang berbau sara,fornografi,menghina salah satu kelompok,suku dan agama serta yang bersifat SPAM dan LINK karena akan kami hapus.Terima Kasih Atas Pengertiannya