“Indonesia sebagai negara kepulauan, tempat pertemuan dua lempengan besar, sangat rentan akan gempa bumi. Kondisi demikian perlu diantisipasi untuk mencegah kerugian yang timbul akan kerusakan konstruksi gedung, jembatan dan infrastruktur lainnya”, antara lain dikatakan oleh Co Chairman Flat Product IISIA (Indonesian Iron and Steel Industry Associatioan), Irvan K Hakim, saat membacakan sambutan Chairman IISIA, dalam acara Seminar IISIA 2010, di BPPT (16/12).
Lebih lanjut dikatakan, sebagai wadah industri baja dan besi di Indonesia, IISIA merasa perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan perkembangan teknologi baja dan besi terkini. “Ini juga merupakan upaya untuk meningkatkan sinergi dan kerjasama yang solid antara industri dengan ilmuan dan para pihak terkait lainnya”, tambahnya.
Dalam seminar yang bertemakan Struktur Baja Tahan Gempa tersebut, Kepala BPPT, Marzan A Iskandar mengatakan bahwa korban yang ditimbulkan dari gempa bumi, diakibatkan oleh bangunan yang rusak atau runtuh, bukan gempa. “Earthquake doesn't kill, buildings do. Oleh karena itu, struktur baja yang tahan gempa menjadi hal yang sangat penting”.
Menurutnya, konstruksi bangunan yang tahan gempa diawali dengan filosofi desain dan struktur bangunan tergantung dari desain material dan filosofi yang dipilihnya. “Secara umum, bangunan material baja lebih baik dibandingkan bangunan material beton. Ini disebabkan karena baja memiliki sifat ducktile yang tinggi. Selain itu baja juga flexible, tidak patah dan cepat dibangun”, ucap Kepala BPPT lebih lanjut.
Dalam kesempatan tersebut, Marzan juga memaparkan beberapa peran yang dapat dilakukan BPPT dalam penerapan konstruksi baja tahan gempa. “BPPT dapat melakukan peran Intermediasi pada tahap pra rencana, sedangkan pada tahap rencana BPPT dapat melakukan peran Technology Clearing House dan kajian melalui uji model sub-scale dan full scale design. Dalam tahapan konstruksi fisik dan tahapan operasional, BPPT mampu melakukan audit teknologi proses konstruksi baja tahan gempa dari sisi keselamatan publik serta melakukan monitoring keselamatan dan masa layan konstruksi”.
Sebagai bentuk realisasi dukungan BPPT terhadap industri nasional khususnya industri baja, dilakukan pula penandatangananMemorandum of Understanding antara BPPT dengan IISIA tentang Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Industri Baja Nasional.
Beberapa ahli dari universitas negeri seperti ITB dan UI juga turut menyajikan paparan tentang struktur bangunan tahan gempa, seperti Muslinang Moestopo dari Teknik Sipil ITB yang menyajikan presentasi tentang Perkembangan Struktur bangunan Tahan Gempa, Hengki Wibowo Ashadi dari Teknik Sipil UI dengan presentasinya yang berjudul Struktur Baja Komposit Sebagai Alternatif bangunan Di Daerah Gempa dan Iswandi Imran yang juga dari Teknik Sipil ITB yang membawakan presentasi tentang Tulangan Baja Mutu Tinggi dan Aplikasinya Pada Struktur bangunan Tahan Gempa. Sementara itu, dari dunia industri, hadir perwakilan dari PT Krakatau Steel, Djoko Muljono yang menyampaikan makalahnya tentang Perkembangan Baja Tahan Gempa.
Dalam seminar yang bertemakan Struktur Baja Tahan Gempa tersebut, Kepala BPPT, Marzan A Iskandar mengatakan bahwa korban yang ditimbulkan dari gempa bumi, diakibatkan oleh bangunan yang rusak atau runtuh, bukan gempa. “Earthquake doesn't kill, buildings do. Oleh karena itu, struktur baja yang tahan gempa menjadi hal yang sangat penting”.
Menurutnya, konstruksi bangunan yang tahan gempa diawali dengan filosofi desain dan struktur bangunan tergantung dari desain material dan filosofi yang dipilihnya. “Secara umum, bangunan material baja lebih baik dibandingkan bangunan material beton. Ini disebabkan karena baja memiliki sifat ducktile yang tinggi. Selain itu baja juga flexible, tidak patah dan cepat dibangun”, ucap Kepala BPPT lebih lanjut.
Dalam kesempatan tersebut, Marzan juga memaparkan beberapa peran yang dapat dilakukan BPPT dalam penerapan konstruksi baja tahan gempa. “BPPT dapat melakukan peran Intermediasi pada tahap pra rencana, sedangkan pada tahap rencana BPPT dapat melakukan peran Technology Clearing House dan kajian melalui uji model sub-scale dan full scale design. Dalam tahapan konstruksi fisik dan tahapan operasional, BPPT mampu melakukan audit teknologi proses konstruksi baja tahan gempa dari sisi keselamatan publik serta melakukan monitoring keselamatan dan masa layan konstruksi”.
Sebagai bentuk realisasi dukungan BPPT terhadap industri nasional khususnya industri baja, dilakukan pula penandatangananMemorandum of Understanding antara BPPT dengan IISIA tentang Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Industri Baja Nasional.
Beberapa ahli dari universitas negeri seperti ITB dan UI juga turut menyajikan paparan tentang struktur bangunan tahan gempa, seperti Muslinang Moestopo dari Teknik Sipil ITB yang menyajikan presentasi tentang Perkembangan Struktur bangunan Tahan Gempa, Hengki Wibowo Ashadi dari Teknik Sipil UI dengan presentasinya yang berjudul Struktur Baja Komposit Sebagai Alternatif bangunan Di Daerah Gempa dan Iswandi Imran yang juga dari Teknik Sipil ITB yang membawakan presentasi tentang Tulangan Baja Mutu Tinggi dan Aplikasinya Pada Struktur bangunan Tahan Gempa. Sementara itu, dari dunia industri, hadir perwakilan dari PT Krakatau Steel, Djoko Muljono yang menyampaikan makalahnya tentang Perkembangan Baja Tahan Gempa.
(Sumber:BPPT)
0 komentar:
Posting Komentar
Sahabat yang budiman jangan lupa Setelah membaca untuk memberikan komentar.Jika Sobat Suka Akan Artikelnya Mohon Like Google +1 nya.
Komentar yang berbau sara,fornografi,menghina salah satu kelompok,suku dan agama serta yang bersifat SPAM dan LINK karena akan kami hapus.Terima Kasih Atas Pengertiannya